Krisis Suriah: Bersiaplah, Bisa Jadi Awal Kedatangan Perang Dunia ke-III Sudah Dimulai (Krisis Suriah Part-1)
Situasi yang berkembang ini membuat kondisi semakin tak karuan. Kekuatan dua kubu: pro presiden Suriah dan pro Rakyat Yang Tertindas beserta masing-masing sekutunya menjadi semakin besar. Disinyalir pemakaian senjata kimia berasal dari intelijen Israel.
Mereka mulai merangkul negara-negara yang seharusnya tidak berkepentingan. Mungkin benar ramalan pelbagai media luar negeri, inilah tanda-tanda kedatangan Perang Dunia ke III.
Suriah, sebuah negara di Timur Tengah ini awalnya adem-ayem hingga dimulainya revolusi menghantam sebagian besar wilayah Arab sebab protes pada kekuatan rezimnya.
Mantan Presiden Mesir Husni Mubarak tumbang, Mursi yang naik secara demokratis juga ditumbangkan oleh militer negaranya, mantan Presiden Libya Muammar Qaddafi malah berakhir dengan kematian.
Jika krisis Suriah berlarut-larut, bisa jadi inilah awal dari Perang Dunia Ketiga
Berikutnya, salah satu yang hendak digulingkan dari tampuk kekuasaannya yakni Presiden Suriah Basyar al-Assad.
Banyak orang percaya bahwa rakyat Suriah angkat senjata dan berontak sebab mereka tak lagi bisa mengeluarkan pendapatnya dengan aman.
Bukannya didengar sebagai masukan, namun pemerintah Suriah justru membombardir rakyat mereka dengan peluru tajam dan mortir, hingga menyebabkan banyak pengunjuk rasa yang tewas sejak bulan Maret 2009 lalu hingga kini dan mungkin hingga kedepannya.
“Tadinya hanya berdemonstrasi, akhirnya mereka menanggapi genderang perang dari Assad”, seperti dilansir surat kabar the New York Times (8/4/2009).
Perang yang seharusnya hanya terjadi antara rakyat Suriah dengan pemerintahnya, tiba-tiba meluas. Dugaan Assad ada pihak asing yang sengaja mendanai pemberontak hingga mereka kuat, banyak dan besar.
Pada konflik dalam negeri tersebut, yang paling mungkin didanai adalah persenjataan, ini terlihat dari kemampuan mereka.
Karena, darimana tentara oposisi mendapatkan seluruh amunisi yang tidak sembarangan itu, jika tidak ada pihak yang berkepentingan memberikannya pada pihak oposisi? Maka kecurigaan Assad merangsek semakin kuat pada “negara-negara barat”.
Amerika Serikat dan Inggris dituding dua negara yang bisa melakukan jual-beli senjata itu.
Bukti sejarah peperangan saudara di dalam negeri sepanjang sejarah didunia selama ini memang didalangi oleh mereka dan itu adalah bukti kongkrit dan track record sebenar-benarnya.
Apalagi dalam beberapa tahun terakhir, bukti AS dan Inggris selalu merontokkan sebuah pemerintahan beberapa negara dan menggantikan penguasanya yang pro dengan mereka yaitu AS, Inggris dan barat, agar dapat didikte lalu dikuras kekayaan alamnya.
Jika perlu negara tersebut tak perlu lagi dibuat menjadi aman kembali apalagi sejahtera. Beberapa diantaranya masih selalu berperang antar saudara setanah airnya sendiri dan kemiskinan akan ikut meningkat dan mengikuti karena tidak adanya keamanan, maka pola pikir rakyatnya juga akan berubah, brainwashed.
Sedangkan negara lain yang berseberangan dengan barat seperti Iran, Rusia dan China tetap setia mendukung Assad. Kedua kubu sibuk ber-retorika agar masing-masing pihak tidak mencampuri urusan dalam negeri Suriah.
Amerika Serikat diketahui melatih perang pemberontak dan dinas intelijennya mengirimkan pasokan senjata, seperti dilansir stasiun televisi Al Arabiya (25/3/2013).
Iran juga demikian, diam-diam negara itu ikut campur dengan mengirimkan seorang pelatih penembak jitu. Kelompok Islam Libanon Hizbullah dari aliran Syiah malah terang-terangan mengirimkan tentara jihad demi membantu Assad.
Namun tak seluruh jazirah Arab membantu Suriah. Liga Arab malah memberikan tempat untuk oposisi Suriah dan menuntut Assad mundur. Akibat campur tangan banyak negara dan persekutuan itu, konflik Suriah bisa jadi berkembang ke arah perang dunia. Karena kubu Assad mulai diperkuat oleh banyak pihak, begitu pula kubu oposisi.
“Ketambahan situasi ini diperparah dengan hantaman roket Israel di wilayah Suriah namun dengan dalih menyerang Hizbullah.”
Setelah melihat situasi demikian Assad mulai membuka Bukit Golan, daerah perbatasannya dengan Israel agar bisa dimasuki tentara Palestina, seperti dilansir surat kabar the Jerusalem Post (7/5/13).
Situasi yang berkembang ini membuat kondisi semakin tak karuan. Kekuatan dua kubu dan sekutunya menjadi semakin besar.
Mereka mulai merangkul negara-negara yang seharusnya tidak berkepentingan. Mungkin benar ramalan pelbagai media luar negeri, ini kedatangan perang dunia ke III.
Suriah izinkan Pejuang Palestina serang Israel dari Golan
Pemerintah Suriah berencana mengizinkan kelompok pejuang Palestina untuk melakukan perlawanan terhadap Israel di Dataran Tinggi Golan, perbatasan Suriah dengan Israel, setelah negeri Yahudi itu melakukan serangan udara ke Suriah selama akhir pekan diawal bulan Mei 2013, seperti dikutip koran Suriah Al Watan.
Surat kabar the Jerusalem Post melaporkan, Selasa (7/5), Sekretaris Jenderal Front Popular Perjuangan Palestina (PPSF), Khalid Abd al-Majid, mengatakan rencana itu dijadwalkan akan dibahas dalam pertemuan antara pemimpin faksi Suriah dan Palestina.
Majid mengatakan dari perkembangan terakhir, Suriah memiliki hak dan kewajiban untuk merespons serangan udara Israel dengan menggunakan segala cara yang tersedia.
Stasiun televisi pendukung pemerintahan Suriah Al-Ikhbariya menjelaskan adanya indikasi yang mungkin menjadi pertimbangan Presiden Suriah Basyar al-Assad, dengan mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.
“Sumber itu menyatakan bahwa roket-roket Suriah siap menyerang sasaran di dalam wilayah Israel jika ada serangan terbaru dari negeri Zionis itu.”
Dikatakan juga bahwa Suriah telah memberikan lampu hijau kepada kelompok-kelompok pejuang Palestina untuk melaksanakan serangan terhadap Israel dari Dataran Tinggi Golan.
Namun, tidak satu pun dari peringatan itu telah dijabarkan secara terbuka oleh pejabat Suriah, dan tembakan roket Suriah terhadap Israel tentu saja akan memprovokasi negeri Yahudi dengan tanggapan luar biasa.
Sementara itu kedua kubu di Suriah memang mendapat dukungan dari luar negara.
Pihak oposisi Assad banyak didukung oleh negara barat bahkan Liga Arab.
Sementara pemerintah Assad mendapat dukungan penuh dari Rusia, Cina dan Iran, salah satu negara Islam paling kuat saat ini.
Bahkan Korea Utara kini ikut mengekspor masker , pistol dan senjata lainnya ke Suriah dan Korut juga pernah membuat minimal dua buah bunker bawah tanah untuk Assad.
Liga Arab putuskan persenjatai pemberontak Suriah
Pertemuan Liga Arab yang digelar di Ibu Kota Doha, Qatar, pada bulan Maret 2013 lalu memutuskan bahwa negara anggota Liga Arab berhak memberikan bantuan, termasuk persenjataan, kepada warga Suriah untuk membela diri. Hal ini dilakukan sebagai pemecahan konflik berkepanjangan di Suriah.
Stasiun televisi Al Arabiya melaporkan, Rabu (27/3/13), para pemimpin negara peserta Liga Arab juga mengutuk rezim pemerintahan Presiden Suriah Basyar al-Assad atas kekerasan yang dilakukan pasukannya terhadap warga Suriah. Mereka juga mendesak untuk memberikan bantuan darurat kepada warga Suriah yang mengungsi di Libanon, Yordania, dan Irak.
Anggota Liga Arab juga memastikan Suriah berhak mendapatkan kembali Dataran Tinggi Golan, yang telah diduduki Israel sejak 1967.
Pemimpin oposisi Suriah, Moaz al-Khatib, menjadi perwakilan Suriah di pertemuan Liga Arab. Dia meminta kepada negara peserta Liga Arab agar kelompok oposisi Suriah nantinya juga bisa duduk dalam badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi internasional lainnya.
Mantan presiden Koalisi Nasional untuk Revolusi Suriah dan Pasukan Oposisi ini meminta agar masa depan Suriah tidak boleh diatur oleh kekuatan asing.
Khatib mengatakan bahwa rakyat Suriah sendiri yang harus menentukan siapa yang berhak mengatur negaranya. Khatib tiga hari lalu mengundurkan diri dari jabatannya meski pengunduran dirinya itu belum diterima oleh koalisi oposisi.
Para pemimpin yang hadir di Doha juga mengatakan menyambut baik dialog yang diminta oposisi Suriah di Yaman dan Bahrain, yang ditujukan untuk meminta dukungan dari negara-negara Arab kepada kelompok oposisi. Peserta Liga Arab juga mengutuk pendudukan Iran atas pulau Uni Emirat Arab, Pulau Tunbs dan Pulau Abu Musa.
Rusia kirim pesawat dan kapal perang ke Suriah
Menteri Pertahanan Rusia mengatakan dua pesawat dan empat kapal perang telah diberangkatkan dari Ibu Kota Moskow ke Laut Mediterania untuk mengevakuasi warga Rusia di Suriah jika situasi keamanan semakin memburuk.
Stasiun televisi Al Arabiya melaporkan, Selasa (19/2), pemerintah Rusia juga mengatakan empat kapal itu akan bergabung dengan kapal pengawal dan kapal-kapal kecil yang telah berada di perairan itu.
Sebuah sumber dari militer Rusia menyebutkan tugas utama mereka adalah mengevakuasi warga Rusia di Suriah. “Meski tugas kami belum diumumkan namun melihat perkembangan terakhir di Suriah, kemungkinan besar kami akan bertugas mengevakuasi warga Rusia,” kata sumber tersebut.
Rusia sebelumnya telah mengirimkan dua pesawat ke Suriah untuk mengevakuasi warganya.Kantor berita Interfax mengutip pernyataan dari komunitas Rusia di Suriah yang menyebutkan sebanyak 150 warga Rusia bisa diangkut oleh pesawat itu.
Dua pesawat bermuatan bahan bantuan kemanusiaan seberat 40 ton bagi warga Suriah telah berangkat dari Ibu Kota Moskow menuju kota pelabuhan Latkia. Pesawat itu juga bisa mengevakuasi warga Rusia jika diperlukan.
Pada Januari lalu pemerintah Rusia telah memulangkan 77 warganya melalui Ibu Kota Beirut, Libanon, menggunakan dua pesawat.
Menurut media Rusia, saat ini tercatat ada sekitar delapan ribu warga Rusia yang terdaftar di konsulat Suriah dan sebanyak 25 ribu perempuan Rusia telah menikah dengan warga Suriah dan tinggal di sana.
Amerika diam-diam latih perang pemberontak Suriah dan akan mengirimkan pasukan ke Suriah
Amerika Serikat berjanji akan membantu kelompok pemberontak Suriah dengan peralatan medis dan makanan. Namun ternyata tak hanya itu saja, Amerika juga diam-diam melatih para pemberontak itu secara militer di sebuah wilayah dekat Suriah.
Laporan itu dimuat di surat kabar the New York Times. Dalam laporan itu diberitakan Amerika Serikat mempertimbangkan akan memberi bantuan perlengkapan perang seperti baju anti peluru, seperti dilansir stasiun televisi Al Arabiya, Jumat (1/3/13).
“Amerika Serikat akan memberi bantuan dana sebesar Rp 580 miliar untuk mendukung perjuangan koalisi oposisi Suriah dalam beberapa bulan ke depan,” kata Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry dalam pertemuan Sebelas Negara Sekutu Suriah di Ibu Kota Roma, Italia.
“Kami akan mengirimkan bantuan medis dan makanan kepada Dewan Militer Tertinggi pemberontak. Jadi memang akan ada bantuan langsung,” kata dia. “Seluruh rakyat Suriah harus tahu mereka bisa memiliki masa depan,” ujar Kerry.
Uni Eropa telah mengubah aturan sanksi kepada Suriah untuk alasan kemanusiaan bagi rakyat sipil seperti pengiriman kendaraan bantuan teknis kepada pihak oposisi. Amerika Serikat dan negara-negara Eropa menolak memberi bantuan militer kepada pihak oposisi karena khawatir akan memicu perang di Timur Tengah.
Di Tempat Pengungsian Marak Prostitusi dan Ribuan perempuan Suriah Banyak Alami Penyiksaan dari pro Abbas
Jaringan untuk Hak Asasi Manusia di Suriah baru-baru ini menyatakan sekitar 4.257 perempuan Suriah telah terbunuh oleh pasukan keamanan pemerintah Suriah. Stasiun televisi Al Arabiya melaporkan, Ahad (10/3), organisasi pemantau masalah pelanggaran hak asasi di Suriah itu juga menyebut setidaknya ada 6.400 perempuan Suriah, di mana seribu di antaranya mahasiswi, telah ditahan pihak pasukan pemerintah dan ada sekitar 1.200 perempuan diculik oleh pasukan Assad.
Kebanyakan para wanita ini menghilang di beberapa kota besar di Suriah, seperti Homs, Latakia, dan Damaskus. amun, pemerintah Suriah selalu menolak mengungkapkan informasi terkait penahanan atau lokasi di mana para perempuan ini ditahan.
Aksi penculikan terhadap perempuan-perempuan Suriah itu disertai juga penyiksaan sistematis selama penahanan. Mereka juga menyebut lebih dari 700 perempuan mengalami tindak pemerkosaan di dalam penjara-penjara pemerintah.
Bahkan ada pula kejadian seorang suami yang membela oposisi telah membunuh istrinya dengan cara menembak kepala istrinya karena membela pihak pemerintah Suriah yang berkuasa.
Jaringan untuk Hak Asasi di Suriah juga menyatakan ketakutan akan mendapat perlakuan pelecehan seksual merupakan salah satu alasan utama kenapa ratusan hingga ribuan perempuan Suriah rela mengungsi di beberapa negara tetangga hingga kini.
Prostitusi ditempat pengungsian pun marak, hanya USD 7 sekali bercinta, itu pun masih ditawar, seperti dilansir surat kabar the Huffington Post, Jumat dua pekan lalu. Seorang wanita mengaku rata-rata tiap hari bisa meraih USD $70, artinya dia bisa melayani sepuluh lelaki tiap hari.
Beberapa tenda dari sana, seorang pemuda Suriah bertato dan berpenampilan klimis menawarkan istrinya. “Anda bisa menyewa dia seharian dengan USD 70,” janji tukang cukur asal Kota Idlib ini. Dia tidak pernah membayangkan bakal tega menjadikan istrinya pelacur. Dia terpaksa melakukan itu lantaran harus mengirim USD 200 per bulan kepada orang tua dan mertuanya di Suriah.
Para pengungsi Suriah terus membanjiri Yordania. Bulan lalu saja, 50 ribu korban perang itu melewati perbatasan kedua negara. Sejauh ini hampir setengah juta pelarian terpaksa tinggal di kamp-kamp di Yordania.
Kepala Komisi Tinggi PBB Urusan pengungsi (UNHCR) di Yordania Andrew Harper tidak terkejut dengan adanya pelacuran di kamp pengungsi. “Kami belum memperoleh bukti, namun kami telah mendengar selentingan soal itu,” tuturnya.
Tiap keluarga pengungsi mendapat minimal satu tenda, selimut, dan kasur tipis, serta dua ribu kalori makanan dan 20 liter air. Krisis kemanusiaan ini harus segera diakhiri. Kalau tidak, PBB sudah memperingatkan Suriah bakal kehilangan tiga generasi.
Ini semua berawal dari demonstrasi rakyat pada tahun 2009 lalu menjadi konflik bersenjata yang pecah sejak tahun 2011 lalu itu, telah membuat dua juta rakyat Suriah mengungsi ke negara-negara tetangga. Paling banyak ke Yordania. Hingga 2013 konflik bersenjata di Suriah telah membuat jutaan penduduknya mengungsi dan sudah menewaskan lebih dari 70 ribu orang.
Politikus Inggris: Senjata Kimia Suriah Dipasok Israel
Sedangkan di London, seorang politikus Inggris, George Galloway, menyebut senjata kimia yang mungkin digunakan di Suriah bukan berasal dari pemerintah Presiden Bashar Al Assad.
Menurut dia, senjata itu kemungkinan digunakan Alqaidah yang mendapat pasokan dari Israel.
“Jika ada penggunaan gas saraf, itu adalah pemberontak yang menggunakannya,” ujar Galloway dalam sebuah video yang sudah diedit dari saluran Iran Press TV dikutip Huffingtonpost.
Dia menambahkan, “Jika telah terjadi penggunaan senjata kimia, itu Alqaidah yang menggunakan senjata kimia. Siapa yang memberi mereka senjata kimia? Menurut saya, Israel memberi mereka senjata kimia.”
Komentar Galloway tersebut diberikan setelah inspektur PBB mendapat akses mengunjungi lokasi serangan senjata kimia yang diklaim telah menewaskan lebih dari 1.300 orang.
Sedangkan Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius, mengatakan masyarakat internasional mungkin harus menggunakan kekuatan jika Suriah terbukti menggunakan senjata kimia dalam serangan kepada oposisi.
Serangan senjata kimia terbaru dilaporkan membunuh lebih dari 100 orang. Rekaman yang belum diverifikasi menyebut korban termasuk anak-anak menderita kejang-kejang dan kesulitan bernapas dan video itu beredar di Youtube.
Jumlah korban tewas juga belum dapat dikonfirmasi. Koalisi Nasional Suriah mengklaim ada 1.300 orang kematian. Jumlah itu didasarkan pada klaim dan foto-foto aktivis di lapangan.
Senjata Kimia, Operation “False Flag” Israel di Suriah
Sementara itu, mantan pejabat senior di Pemerintah Bush mengungkapkan, Israel kemuungkinan dalang dibalik penggunaan senjata Kimia Suriah. Kolonel purnawirawan Lawrence Wilkerson menyebutkan, operasi militer senjata kimia Israel dilakukan untuk mengaburkan kenyataan.
Alhasil, serangan tersebut terkesan melibatkan Pemerintah Bashar Al Assad. Dalam sebuah wawancara televisi, Lawrence mengatakan kepada Cenk Uygur, dikutip Jerussalem Post, saat ini tidak ada yang tahu siapa yang menggunakan senjata kimia.
Yang jelas, pihak Barat dan Israel beserta sekutunya adalah negara oportunis di dalam setiap kesempatan untuk menguasai suatu wilayah, dan memanfaatkan isyu sekterian antara Syiah dan Sunni yang ada di Suriah.
Menurutnya, ada tiga kemungkinan siapa dibalik operasi mematikan itu, yaitu operasi palsu Israel, pasukan oposisi yang menggunakan atau memang benar pemerintah Assad yang memakai senjata kimia.
Saat ini belum ada bukti kuat yang dimiliki Amerika Serikat. Bukti yang ada saat ini pun belum cukup untuk membuktikan hal tersebut.
Ia pun tak percaya dengan bukti palsu saat ini dan yakin Suriah belum melampaui batas. Menurutnya, Amerika Serikat seharusnya tak mengintervensi perang sipil Suriah dengan bukti yang begitu minim.
Wilkerson juga mengkritik keras Perdana Menteri Binyamin Netanyahu, dengan menyebut Tel Aviv tidak kompeten dan banyak kebijakan strategi yang buruk untuk di kawasan itu.
Lawrence Wilkerson yang mantan kolonel tentara Amerika Serikat dan juga sebagai mantan staff dari menteri Colin Powell ini dengan kasar juga mengatakan, bahwa seharusnya Presiden Barak Obama menghubungi “Bibi Netanyahu”.
”(Seharusnya) hei angka telpon, idiot! Dan segera hubungi Ankara (Turki) dan segera keluar dari kebijakan isolasi yang mereka (Israel) jalankan,’‘ tutur Kolonel purnawirawan mantan Chief of Staff dari Colin Powell ini.
Ia pun mengatakan, seharusnya Israel segera melakukan rekonsiliasi dengan negara terkuat di kawasan itu, Turki. Namun Israel malah tak menjalankan kebijakan itu. Lagipula, Netanyahu tak mengerti kondisi Timur Tengah dan membahayakan negara.
Jika Suriah Hancur, Israel dan Negara Barat Hanya Selangkah Lagi Menuju Iran
Presiden Suriah Basyar al-Assad mengancam Amerika Serikat bakal bernasib seperti saat menyerbu Vietnam, Afghanistan, dan Irak jika nekat menyerang Suriah. “Kegagalan bakal menunggu Amerika seperti perang-perang mereka lakoni sebelumnya, dimulai dari Vietnam hingga saat ini,” katanya dalam wawancara khusus dilansir sebuah surat kabar terbitan Rusia Senin lalu, seperti dikutip kantor berita Reuters.
Pernyataan Assad jangan dipandang remeh. Posisi Suriah juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Negara ini menjadi basis dua kelompok pejuang anti-Israel, yakni Hamas asal Palestina dan Hizbullah dari Libanon.
Jika pasukan koalisi menginvasi Suriah, Hamas dan Hizbullah bakal bereaksi. Seperti terjadi sekarang, Hizbullah mengirim anggota milisinya bahkan dilaporkan hingga sepuluh ribu orang, untuk membantu Assad menumpas pemberontak.
Hamas dan Hizbullah meyakini skenario militer terhadap Suriah bakal menguntungkan Israel. Karena itu, kedua organisasi ini akan membombardir negara Zionis itu jika Assad yang selama ini ikut menyokong, membesarkan, dan melindungi, berupaya ditumbangkan.
Assad juga tidak sendirian. Suriah selama ini menjadi bumper Iran. Teheran, Damaskus, Beirut, dan Baghdad selama ini diyakini sebagai poros berkiblat ke Negeri Persia itu. Sebab, kaum Syiah berkuasa di empat negara itu.
Operasi militer ke Suriah ini mau tidak mau bakal menguntungkan Israel. Mereka tidak perlu bersusah payah, bahkan turun tangan langsung, buat menjatuhkan rezim Assad.
Alhasil, wajar saja Iran marah besar dengan rencana itu. Kalau sampai Assad terguling dan penguasa berganti, Iran akan kehilangan satu perisainya di Timur Tengah. “Kami ingin memperingatkan secara keras soal tindakan militer ke Suriah. Akan ada konsekuensi membahayakan bagi kawasan (Timur Tengah),” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Araqchi.
Kejatuhan Assad menjadikan Israel dan sekutu istimewanya Amerika hanya tinggal selangkah menjejakkan kaki di Iran. Washington bersama Tel Aviv selama ini memandang Teheran sebagai ancaman bagi perdamaian dunia. Sebab mereka meyakini Iran tengah mengembangkan senjata nuklir, kekuatan pemusnah massal juga dimiliki Amerika dan Israel.
Meski belum terbukti, Amerika dan Israel menganggap Iran poros setan. Tapi mereka lupa, Amerika jauh lebih laknat karena pernah dua kali menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki, namun mereka tak pernah mengakui bahwa justru Israel, Amerika Serikat dan Eropa adalah penjahat-penjahat perang, sejarah adalah fakta dan fakta adalah sejarah.
Rusia Menantang AS: Serang Suriah, Negara Barat Tak Akan Menang Mudah
Rusia menyebut intervensi militer negara barat tidak akan dengan mudah mengalahkan pemerintahan Suriah.
Karena Suriah memiliki sistem pertahanan udara untuk menghalau serangan.
“Jika militer AS bersama NATO meluncurkan operasi melawan Suriah, mereka tidak akan menang mudah,” ujar laporan Interfax yang mengutip sumber dari militer dikutip Al-Arabiya, Rabu (28/8/13).
Menurut laporan, Suriah memiliki sistem rudal udara multi-fungsi dan pertahanan udara lainnya. Suriah telah meningkatkan sistem pertahanan udara akhir-akhir ini. Sistem rudal jarak menengah buatan Rusia yang dimiliki Suriah dapat menghancurkan kapal dan pesawat yang membawa bom dan rudal.
Sejumlah negara barat yang dipimpin AS mempertimbangkan serangan udara melawan pemerintahan Damaskus untuk merespon dugaan penggunaan senjata kimia oleh pasukan Suriah pekan lalu.
Moskow mengatakan penggunakan pasukan melawan Suriah akan memiliki konsekuensi berat untuk regional. Rusia tidak akan ikut terlibat secara militer dalam konflik tersebut.
Tapi tak menutup kemungkinan Rusia akan membantu walau tak secara langsung. Sama seperti Cina, Iran dan Korea Utara, mereka partinya akan bersekutu dengan Rusia untuk menghadapi Israel, Amerika dan Uni Eropa juga Liga Arab.
Namun ada gebrakan dari Rusia, yang ternyata pada hari Kamis tanggal 29 Agustus 2013 lalu sudah mengirimkan lagi tambahan sebanyak dua buah kapal perangnya.
Ini diperkuat dengan pernyataan Angkatan Laut Rusia pada hari Kamis (29/8/2013) yang mengumumkan bahwa mereka telah mengirim dua kapal perang ke Laut Tengah, dekat pantai Suriah. Akankah konflik di Suriah melibatkan militer Rusia?
Sementara itu, Rusia adalah negara yang selama ini memasok persenjataan untuk kubu Pemerintah Suriah. Termasuk di dalam daftar pasokan itu, rencana pengiriman rudal S-300 yang disebut setara dengan rudal Patriot milik Amerika Serikat, yang “terkenal” sejak dipakai di Perang Teluk pada 1991.
Apa saja senjata buatan Rusia yang telah dipasok untuk Suriah? Ini daftarnya:- Hampir 5.000 tank.
- 2.500 kendaraan tempur infanteri.
- 2.500 unit artileri self-propelled atau diderek.
- 325 pesawat taktis.
- 143 helikopter.
- Hampir 2.000 peralatan pertahanan udara.
Sementara itu, rudal S-300 yang dikirim Rusia ke Suriah, memiliki spesifikasi sebagai berikut :
- Persenjataan darat ke udara, penghancur pesawat, kapal, dan rudal balistik.
- Jenis: permukaan sistem rudal udara mampu menghantam pesawat, kapal pesiar ,dan balistik rudal.
- Kemampuan: menembakkan dua rudal dalam satu waktu secara vertikal, fleksibel, dan akurat.
- Setiap kendaraan peluncur memiliki empat rudal. Satu batalyon penuh mencakup enam kendaraan peluncur.
- Jarak jelajah rudal: 5-150 kilometer, dengan ketinggian sampai 30 kilometer.
Jeda minimal untuk tembakan berikutnya: 5 menit.
AS Telah Kerahkan 300 Marinir di Perbatasan Suriah
Sebuah gugus tugas 300 marinir AS telah dikerahkan di perbatasan Suriah setelah Presiden Obama menyetujui mengulurkan tangan untuk membantu pihak pemberontak dalam mengakhiri rezim Bashar al-Assad.
Sebuah sistem rudal anti-pesawat terbang ‘the Patriot’, juga sudah dipindahkan ke daerah konflik utara Al-Mafraq di daerah Yordania bagian utara, sebagai persiapan “pihak Barat” untuk mengirim persenjataan dan arteleri kepada pemberontak.
“Gerakan pasukan yang diterjunkan telah terjadi sebelumnya di bawah penyamaran latihan militer yang diadakan minggu ini, tetapi akan tetap ditempatkan disana selama berbulan-bulan,” menurut sumber Gedung Putih.
“Para pasukan dan peralatan yang dimaksudkan itu untuk meningkatkan stabilitas di kawasan tersebut, bukan untuk melatih pejuang pemberontak atau operasi peluncuran di Suriah,” kata para pejabat AS.
Keterlibatan Barat dalam konflik semakin ditingkatkan sejak bulan Juni 2013 setelah keputusan Obama, yang diikuti konfirmasi bahwa rezim Assad telah menggunakan senjata kimia yang menyimpang dari Washington dan melewati “garis merah” yang ditetapkan AS.
Rusia mengecam tindakan AS tersebut melalui Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov yang mengatakan hal itu bisa menyebabkan eskalasi konflik.Jika krisis Suriah berlarut-larut, bisa jadi inilah awal dari Perang Dunia Ketiga
Dilansir Sawa dan Russia Today, Sabtu (31/08/2013), serangan ke Suriah sangat berpotensi memicu perang dunia ke-3.
Pemerintah AS dan Perancis sangat yakin, serangan nanti hanya ‘terbatas’ dan tidak akan mendapat perlawanan berarti dari Suriah. Namun asumsi itu dipatahkan oleh laporan yang dilansir Dekapfile yang menyebut Suriah justru mempersiapkan diri untuk memberikan perlawanan kepada AS dan Perancis.
Headline dalam laporan televisi Al Jazeera memperingatkan, apa yang terjadi jika Suriah berhasil menenggelamkan sebuah kapal angkatan laut AS atau tentara Suriah bisa memukul semua target milik AS di kawasan Timur Tengah?
Kemudian, apa yang terjadi jika rudal-rudal Suriah diluncurkan ke Israel dan menghujani kota-kota Israel? Apakah ada jaminan pemerintah di Tel Aviv tidak akan membalas?
Skenario itu belum termasuk posisi Iran, Rusia dan Hizbullah, yang rasanya tidak mungkin tinggal diam melihat sekutu terdekatnya babak belur dihajar mesin perang AS. Suriah tidak akan dilupakan begitu saja oleh Iran dan Hizbullah khususnya.
Ancaman pejabat militer Iran bahwa tidak ada jaminan perang Suriah tidak melebar keluar kawasan, mengindikasikan ada skenario peperangan untuk meluas ke beberapa negara.
Ada 16 alasan perang dunia 3 bisa jadi akan dimulai dari Suriah:
1. Perang di Suriah bahkan lebih populer dimata warga Amerika daripada Kongres.
2. Presiden Barack Obama belum mendapatkan persetujuan kongres untuk melaksanakan perang ke Suriah.
3. Amerika Serikat tidak mendapatkan mandat dan persetujuan PBB untuk menyerang Suriah dan tidak akan mendapatkan karena mendapat veto dari Rusia dan China.
4. Suriah mengatakan, akan menggunakan “segala cara yang tersedia” untuk mempertahankan diri jika diserang.
5. Menteri Luar Negeri Suriah Walid Muallem menegaskan, Suriah memilih membela diri dari serangan AS.
6. Rusia baru saja mengirim rudal-rudal paling canggih anti-kapal ke Suriah. Ini bisa membahayakan kapal-kapal perang AS di perairan Mediterania.
7. Ketika Amerika Serikat menyerang Suriah, ada kesempatan yang sangat baik, dimana Suriah akan menyerang Israel, yang disebut sebagai agresi belakang.
8. Jika Suriah menyerang Israel, maka Tel Aviv pasti akan melakukan serangan balasan yang keras.
9. Hizbullah kemungkinan akan melakukan apa pun yang bisa dilakukan untuk memperjuangkan kelangsungan hidup rezim Assad. Dan itu bisa mencakup target mencolok kedua negara, Amerika Serikat dan Israel.
10. Sekutu terdekat Iran adalah Suriah,dan sejumlah laporan menyebut sudah ada pembicaraan bala bantuan Iran jika Suriah benar-benar diserang.
11. Memulai perang dengan Suriah akan menyebabkan kerusakan hubungan diplomatik dengan Rusia dan China.
12. Memulai perang dengan Suriah akan menyebabkan kerusakan signifikan terhadap hubungan dengan Cina.
13. Jika China tersinggung, skenario terburuknya adalah membuang sejumlah besar utang AS yang dipegang. Akibatnya suku bunga akan tak terkenali dan AS akan mengalami krisis ekonomi sangat parah.
14. Dr Jerome Corsi dan Walid Shoebat mengumpulkan beberapa bukti mengejutkan, sebenarnya pemberontak Suriah dukungan AS yang bertanggung jawab atas serangan senjata kimia yang diklaim untuk alasan serangan militer oleh AS dan Perancis.
15. Perang di Timur Tengah akan menjadi buruk lagi bagi pasar keuangan. Indeks Dow turun sekitar 170 poin akibat kekhawatiran tentang perang.
16. Perang di Timur Tengah menyebabkan harga minyak naik. Persiapan menjelang serangan saja harga minyak AS naik menjadi sekitar US$ 109 per barel.
Sebenarnya banyak negara tak ikut berperang atau tak berkepentingan akibat krisis ini, namun ada beberapa yang “mensponsori”, lalu siapkah semua negara dan masyarakat dunia menghadapi ledakan-ledakan senjata kimia, senjata biologi bahkan senjata nuklir dan bahaya radiasinya yang dapat mengancam kehidupan Planet Bumi untuk belasan atau puluhan tahun ke depan?
Bisa jadi, agar terhindar dari radiasi nuklir, manusia akan kembali masuk ke bunker-bunker dan goa-goa di bawah tanah selama belasan tahun lamanya bahkan bisa lebih untuk menunggu agar radiasi dipermukaan Bumi menurun.
Jika dipaksa maka manusia akan mati terkena radiasi, minimal akan sakit atau akan memiliki keturunan yang cacat. Dan peradaban manusia akan kembali mundur, tanpa listrik dan peralatan modern selama bertahun-tahun.
Walau manusia sudah berotak cemerlang, namun situasi, kondisi dan keadaannya tak lagi menunjang 100% dalam kemajuan peradaban modern seperti sekarang, persis seperti manusia purba, atau berada di dalam tanah.
Amerika Rencana Serang Suriah Minggu 1 September 2013?
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dalam rapat dengan Menteri Luar Negeri John Keery dan sejumlah jenderal Pentagon, memutuskan serangan ke Suriah adalah Minggu (01/09/2013) hari ini, sebagai hukuman atas penggunaan senjata kimia yang diklaim oleh Washington.
Keputusan akan dilakukan serangan hari ini Minggu (01/09/2013) karena tim inspektur senjata PBB sudah meninggalkan Suriah dan bergerak menuju ke Lebanon.
Dilansir Daily Mail, Menteri Luar Negeri AS, John Kerry menegaskan, komunitas intelijen Amerika memiliki ‘keyakinan tinggi’ bahwa rezim Bashar Al Assad telah melancarkan serangan senjata kimia di pinggiran Damaskus pekan lalu.
Sementara, jelang detik-detik serangan pertama dimulai, sejumlah kapal perang AS sudah dalam formasi siap tempur.
Semua kapal perang itu dilengkapi dengan rudal jelajah Tomahawk yang mampu menarget sasaran sejauh 1000 km.
Presiden Obama jelang perintah serangan dilakukan mencoba menentramkan hati rakyat Amerika bahwa serangan ke Suriah nanti tidak akan ada ‘sepatu boot di tanah’.
Obama mengerti banyak warga AS yang trauma dengan perang Irak dan Afganistan, yang menelan korban banyak di kalangan tentara AS.
Obama Tunda Serang Suriah Karena Harus Menunggu Persetujuan Kongres
Niat Presiden Amerika Serikat Barack Obama untuk bisa menyerang Suriah sepertinya tidak bisa direalisasikan secepatnya. Dia harus menunggu persetujuan Kongres terlebih dahulu.
Stasiun berita Al Jazeera, Sabtu 31 Agustus 2013, mengabarkan Obama menyiapkan berbagai bukti yang akan dibawa untuk menghadapi anggota Kongres. Dia berharap dapat meraih dukungan Kongres untuk menyerang Suriah dan menjatuhkan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.
Ide untuk menyerang Suriah disampaikan Obama pada Jumat kemarin, 30 Agustus 2013. Saat itu dia mengatakan AS akan melakukan ‘serangan terbatas’ , “Saya yakin bahwa kami dapat menahan rezim Assad dan membuatnya bertanggung jawab dalam penggunaan senjata kimia.”
Namun dia tidak menyebut ‘serangan terbatas’ macam apa yang akan dilakukan. Para analis menduga serangan terbatas yang dirujuk Obama adalah dengan menembakkan rudal jelajah dan membidik langsung tentara Pemerintah Suriah.
Obama akan bertemu dengan anggota Kongres untuk membahas masalah ini. Namun rapat diduga akan dilakukan pada tanggal 9 September mendatang. Pasalnya para anggota Kongres baru akan kembali setelah reses pada tanggal tersebut.
Hal itu diperkuat pernyataan Wakil Ketua Kongres, John Boehner, yang mengatakan pihaknya akan memulai perdebatan pada hari itu. Dalam perdebatan dengan Kongres pekan depan, Obama harus berhadapan dengan dua orang yang secara terang-terangan telah menentang rencananya tersebut.
Mereka adalah Senator John McCain dan Lindsey Graham. Mereka menyatakan menolak serangan militer yang ditujukan untuk menggulingkan Assad.
“Kami tidak akan mendukung aksi militer di Suriah. Apalagi jika itu merupakan bagian dari strategi yang tidak dapat membuat perbaikan di medan perang,” kata kedua senator itu.
Menurut seorang pejabat berwenang AS, Obama juga tidak akan menunggu hasil analisa yang dilakukan oleh tim inspeksi senjata PBB sebagai bahan pertimbangan aksi serangan ke Suriah.
Tim tersebut akhirnya meninggalkan Suriah pada Sabtu kemarin setelah berhasil mengumpulkan seluruh bukti serangan kimia pada tanggal 21 Agustus kemarin.
Semua barang bukti kemudian dianalisa di kota Den Haag, Belanda. Mereka mengatakan setidaknya butuh waktu tiga minggu untuk menganlisa seluruh bukti. Jadi, serangan militer terbatas AS ke Suriah tersebut akan mundur dalam beberapa hari ini.
Rakyat Negara-Negara Barat Menolak dan Menentang Kebijaksanaan Presidennya Menyerang Suriah
Rakyat Amerika, menurut jajak pendapat terbaru, sebagian dari warga AS tidak menyetujui tentaranya menginvasi Suriah. Jajak pendapat terbaru tersebut dikeluarkan oleh NBC New.
Dalam jajak itu dikatakan bahwa 50 persen rakyat Amerika Serikat menyatakan mereka menentang pemerintah mengambil tindakan militer terhadap rezim Presiden Suriah Basyar al-Assad dalam menanggapi dugaan penggunaan senjata kimia, sedangkan hanya 42 persen orang yang mendukung.
Namun, angka itu terbalik ketika aksi militer didefinisikan menjadi meluncurkan rudal jelajah dari kapal perang angkatan laut, di mana 50 persen mendukung dan hanya 44 persen yang menentang hal itu.
Jajak pendapat itu juga menemukan fakta bahwa hanya 21 persen responden di AS berpikir bahwa tindakan yang diambil terhadap pemerintah Suriah merupakan kepentingan nasional Amerika.
Sebagai perbandingan, 33 persen responden di Amerika Serikat tidak setuju dan 45 persen mengatakan tidak tahu harus berpendapat apa.
Rakyat Inggris, menyatakan hal yang sama yaitu menolak tentaranya ikut menginvasi ke Suriah.
Bahkan melalui sebuah pernyataan singkat perdana menterinya sendiri, David Cameron mengakui dan mengatakan sudah jelas baginya bahwa rakyat Inggris tidak ingin melihat aksi militer.
Begitu pula dengan Parlemen Inggris, yang telah menyatakan menolak mosi pemerintah terkait aksi militer terhadap Suriah setelah delapan jam melakukan perdebatan intens dan sengit.
Perdana Menteri Inggris, David Cameron, juga mengatakan bahwa dia menerima hasil suara parlemen yang dominan dan akan bertindak sesuai keputusan itu.
Hasil suara dari parlemen Inggris itu ditaati oleh Perdana Menteri Inggris setelah 285 suara berbanding 272 suara memperlihatkan parlemen Inggris tidak mendukung serangan militer terhadap Suriah atas dugaan penggunaan senjata kimia, seperti dilansir kantor berita Xinhua, Jumat (30/8/13).
Rakyat Prancis, sedangkan sebagian besar warga Prancis juga tidak menginginkan negaranya ikut ambil bagian dalam aksi militer di Suriah.
Dan sebagian lain tidak mempercayai Presiden Francois Hollande untuk melakukannya, demikian hasil jajak pendapat pada Sabtu (31/08/2013).
Jajak pendapat BVA yang dirilis oleh Le Parisien-Aujourd’hui en France tersebut menunjukkan bahwa 64 persen responden di Perancis telah menyatakan menentang aksi militer negaranya ke Suriah.
Sedangkan 58 persen dari jajak pendapat di Perancis itu tidak mempercayai Hollande untuk melakukanya, dan 35 persen khawatir aksi itu akan “menghanguskan seluruh kawasan (Timur Tengah)”.
Dua jajak pendapat lain yang dilakukan setelah serangan gas dan dipublikasikan pekan ini mengindikasikan lemahnya dukungan diantara pemilih Prancis terhadap intervensi militer di Suriah.
Hollande yang mengalami penurunan popularitas akibat melemahnya perekonomian negara itu, menunjukkan keberanian yang tak dijangka sebelumnya.
Semua itu terjadi saat Presiden Francois Hollande pernah mengirimkan tentaranya untuk membantu pemerintahan Mali yang sedang menghadapi pemberontak Islam diawal tahun 2013 ini.
Oleh warga Perancis, hal tersebut adalah sebuah keputusan intervensi Hollande yang berani, padahal hanya didukung oleh duapertiga dari warga Perancis.
Lewat Twitter, tentara AS tolak penyerangan Suriah
Sementara konflik Suriah yang mulai melibatkan negara adidaya seperti Amerika Serikat telah mendapat perhatian dari masyarakat global. Perhatian ini lebih mengarah ke kecaman atas keputusan Amerika Serikat yang memutuskan untuk melakukan intervensi pada konflik horizontal di negara tersebut.
Bahkan pada Senin (2/9/13), ada sebuah unggahan tweet dari akun bernama @AnonChingshih yang sepat heboh.
Dalam unggahan pada album fotonya menunjukkan foto-foto dari beberapa orang atau sekelompok orang dengan pakaian tentara Amerika Serikat.
Dalam foto-foto tersebut menunjukkan perlawanan dengan aksi menolak untuk bergabung dalam rencana intervensi militer Amerika Serikat di Suriah.
Dalam tweet tersebut juga tersemat caption ‘That awkward moment when you realize that your army refuse to fight for your criminal agenda‘ yang mana menunjukkan bahkan tentara Amerika Serikat pun menolak rencana Amerika Serikat melakukan intervensi militer ke Suriah.
Namun, masih belum dapat dipastikan jika foto tentara dalam tweet tersebut merupakan tentara asli Amerika Serikat atau hanya pihak tertentu yang sengaja menggunakan baju militer negara Paman Sam tersebut.
Akan tetapi, dari foto unggahan tersebut telah menunjukkan banyaknya kecaman dari masyarakat dunia akan potensi adanya peperangan lebih dilanjut dalam konflik Suriah dengan akan masuknya tentara Amerika Serikat ke negara tersebut.
(the New York Times/ Wikipedia/ GoogleImage/ Jerusalem Post/ Al Jazeera/ Al-Arabiya/ Al-Ikhbariya/ Daily Mail / Sawa / Russia Today/ Dekapfile/ RepublikaROL/ Merdeka/ VivaNews/ the Huffington Post/ Associated Press/ Interfax/ Xinhua/ berbagai sumber)
Message from American to all Americans Wake up America 2013 (GOVERNMENT LIARS)
Artikel Terkait Lainnya:
Artikel Peperangan Lainnya:
*****
((( IndoCropCircles.wordpress.com | fb.com/IndoCropCirclesOfficial )))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar